Pernah terjadi peristiwa pembunuhan di tengah masyarakat Bani Israil. Kemudian terjadi perselisihan besar dan saling tuduh menuduh siapa pembunuhnya!

Apa motif pembunuhan tersebut?

Drama cinta yang tertolak menjadi motif pembunuhan yang dilakukan oleh si pemuda. Yang dibunuh adalah ayah perempuan yang dia harapkan menjadi istrinya. Korban tersebut sebenarnya masih tergolong pamannya.

Versi lain, menyebutkan bahwa motif pembunuhan adalah keinginan seorang laki-laki yang fakir untuk menguasai harta pamannya yang kaya raya. Si pembunuh sebenarnya ahli waris tunggal dari pihak yang dibunuh. Usianya korban sudah cukup tua, namun keponakannya tak mampu bersabar untuk merasakan kekayaan sang paman. Jalan pintas ditempuh, sang paman pun dibunuh untuk menguasai hartanya.

Secara eksplisit tidak disebutkan di dalam Al-Qur’an motif pembunuhan tersebut. Dua motif tersebut di atas dicantumkan oleh ulama tafsir dalam kitab tafsir mereka.

Bagaimana Allah Ta’ala menyingkap tabir pembunuh tersebut?

Allah Ta’ala melalui Nabi-Nya Musa alaihissalam, memerintahkan Bani Israil menyembelih seekor sapi betina. Sebagian anggota tubuhnya dipukulkan ke tubuh korban yang telah menjadi mayit dan dengan izin Allah pria tersebut hidup kembali.

Kemudian korban pembunuhan tersebut ditanya siapa yang telah membunuhnya. Maka dia pun menjelaskan dengan tegas siapa pelakunya.

Banyak kasus pembunuhan yang terjadi pada masa sekarang ini. Namun banyak ahli waris korban dan masyarakat tidak merasakan keadilan dalam penyelesaiannya, bahkan perselisihan tak kunjung reda.

Jika seandainya, mukjizat Nabi Musa alaihissalam menghidupkan orang yang sudah mati ada pada masa sekarang, apakah hal tersebut menjadi solusi terhadap kasus pembunuhan?

Jawabannya tentu tidak sesederhana yang dibayangkan.

Pada kisah bani Israil sangat jelas bahwa tujuan dihidupkan kembali korban adalah agar dia dapat memberi petunjuk siapa pelakunya dan meredakan peperangan yang akan terjadi dari pihak yang tertuduh sebagai pelaku, padahal mereka tidak melakukannya.

Kemudian, persaksian korban pembunuhan tersebut juga saat itu diterima. Sehingga masalah menjadi selesai dengan tuntas.

Jika pelaku pembunuhan tidak diketahui, kemudian korban pembunuhan hidup kembali untuk memberikan kesaksian dan pengakuannya, namun hal tersebut bisa saja ditolak dan disangkal oleh pelaku.

Atau jika korban pembunuhan hidup kembali, namun pembunuhnya beralasan melakukan pembunuhan karena membela anggota keluarganya, maka kehidupan kedua korban pembunuhan tersebut akan lebih rumit dari kehidupannya yang pertama.

——————

Ketika pembunuhan telah terjadi, maka menemukan pihak yang bertanggungjawab atas kejahatan tersebut menjadi lebih penting dan prioritas.

Karena terkadang ada yang mengaku sebagai pelaku, namun dia dalam kapasitas melindungi sutradara dari kejahatan tersebut. Atau dipaksa melakukan pengakuan karena dibawah ancaman.

Proses penetapan hukuman bagi pelaku juga harus cepat dan tepat. Jika ditunda dan lama akan memakan biaya dan anggaran. Sebagaimana pada kisah bani Israil di atas, sangat besar biaya yang harus dikeluarkan hanya untuk mengungkap pelaku karena kaum bani Israil Ketika itu terlalu banyak bertanya dan  mengulur waktu.

Pelajaran penting lainnya bahwa kejahatan yang ditutupi dan diorganisir dengan sangat presisi, suatu waktu pasti akan terungkap. Ibarat bangkai yang terpendam, baunya pasti akan tercium.

Demikian ditegaskan Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an,

وَاِذْ قَتَلْتُمْ نَفْسًا فَادّٰرَءْتُمْ فِيْهَا ۗ وَاللّٰهُ مُخْرِجٌ مَّا كُنْتُمْ تَكْتُمُوْنَ ۚ

(Ingatlah) ketika kamu membunuh seseorang lalu kamu saling tuduh tentang itu. Akan tetapi, Allah menyingkapkan apa yang selalu kamu sembunyikan.” QS 2:72.

 

Oleh: Fakhrizal Idris

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *